Update Inflasi Februari 2025

Terjadi inflasi m-to-m sebesar -0,48% dan inflasi y-on-y sebesar -0,09% pada Februari 2025.Inflasi Februari 2025 lebih rendah dari bulan sebelumnya dan bulan yang sama di tahun 2024. Deflasi pada Februari 2025 ini tercatat sebagai deflasi pertama kali dalam dua dekade terakhir yaitu sejak Maret 2000. Penyumbang utama inflasi Februari 2025 secara m-to-m adalah komoditas tarif listrik (0,67%), daging ayam ras (0,06%), bawang merah (0,05%), cabai merah dan cabai masing-masing sebesar 0,04% dan 0,02%. Adapun penyumbang utama inflasi Januari 2025 secara y-on-y adalah kelompok tarif listrik (2,16%), beras, tomat, cabai rawit masing-masing 0,11% , dan daging ayam ras (0,02%).
![]() |
Sumber: Badan Pusat Statistik (Februari 2025)
Terjadinya deflasi Februari 2025 utamanya dikontribusikan oleh tekanan pada deflasi komponan harga diatur pemerintah sebesar 9,02% (y-on-y). Kelompok Perumahan, Air, Listrik, dan Bahan Bakar Rumah Tangga mengalami deflasi 12,08% (y-on-y) dan dominan memberikan andil deflasi pada Februari 2025 yaitu 1,92%. Penyumbang deflasi utama pada kelompok ini adalah subkelompok tarif listrik yang deflasi 46,45% dan memberikan andil deflasi sebesar 2,16%.Hal ini sejalan dengan berlakunya subsidi listrik awal tahun 2025 berupa diskon 50% untuk pembelian token listrik. Selain itu, kelompok Informasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan turut mengalami deflasi sebesar 0,26% (y-on-y). Penyumbang deflasi utama pada kelompok ini adalah subkelompok peralatan informasi dan komunikasiyang mengalami deflasi sebesar 1,09% (y-on-y).
Sedangkan komponen bergejolak mengalami inflasi sebesar 0,56% (y-on-y). Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau mengalami inflasi 2,25% (y-on-y) dan memberikan andil inflasi dominan 0,66%. Penyumbang inflasi utama pada kelompok ini adalah komoditas cabai rawit inflasi 37,07% (y-on-y) dengan andil inflasi 0,11%. Komoditas lainnya yang berkontribusi pada inflasi kelompok ini adalah bawah merah, bawah putih, dan kangkung.
Sumber: Badan Pusat Statistik (Februari 2025)
Inflasi provinsi y-on-y tertinggi terjadi di Provinsi Papua Pegunungan sebesar 7,99% (y-on-y) dan terendah terjadi di Provinsi Riau sebesar 0,02% (y-on-y). Sementara deflasi provinsi y-on-y terdalam terjadi di Provinsi Papua Barat sebesar 1,98% (y-on-y) dan deflasi terendah terjadi di Provinsi Nusa Tenggara Barat sebesar 0,01% (y-on-y). Sedangkan secara m-to-m hanya lima provinsi yang mengalami inflasi yaitu Papua Pegunungan (2,78%), Nusa Tenggara Timur (0,37%), Sulawesi Tenggara (0,36%), Gorontalo (0,10%), dan Sulawesi Tengah (0,06%).
Sumber: CEIC (Februari 2025)
Pada periode Februari 2025, Indonesia mengalami skenario ekonomi yang unik di mana deflasi justru terjadi saat performa sektor industri sedang bagus. Berkebalikan dengan kondisi deflasi, sektor manufaktur Indonesia mengalami performa yang kuat seperti tercermin dalam Purchasing Managers Index (PMI) Indonesia yang meningkat signifikan 53,6 di Februari 2025 meningkat dari 51,9 di Januari. Dengan perolehan tersebut Indonesia menjadi negara dengan PMI Indeks terbesar ke dua setelah India 56,3. Indeks PMI yang tinggi ini terjadi karena permintaan domestik yang meningkat karena faktor musiman pada periode Ramadhan. Sedangkan deflasi utamanya dipengaruhi oleh diskon tarif listrik 50% di awal tahun yang mengakibatkan penurunan pengeluaran rumah tangga namun tidak mencerminkan permintaan yang melemah. Lebih lanjut, nilai inflasi inti sebesar 2,48% (y-on-y) juga menyatakan bahwa permintaan masih bersifat stabil dan mendukung aktivitas industri.