Neraca Perdagangan Indonesia Januari 2025

calendar07 March 2025
Neraca Perdagangan Indonesia Januari 2025

Neraca perdagangan Indonesia mencatat surplus sebesar USD 3,45 miliar pada Januari 2025, meningkat signifikan dibandingkan dengan surplus Desember 2024 yang sebesar USD 2,24 miliar dan lebih besar dibanding bulan yang sama pada tahun 2024 yang sebesar USD 2 miliar. Dengan capaian ini, Indonesia telah mencatatkan surplus perdagangan selama 57 bulan berturut-turut. Peningkatan surplus ini utamanya didorong oleh pertumbuhan ekspor yang mencapai 4,68% (yoy), sementara impor hanya mengalami kenaikan tipis sebesar 2,67% (yoy).

Neraca Perdagangan Indonesia Januari 2025

Sumber: Badan Pusat Statistik (Februari 2025)

Nilai ekspor Indonesia pada Januari 2025 mencapai USD 21,45 miliar, naik 4,68% dibandingkan Januari 2024 yang senilai USD 20,49 miliar, tetapi mengalami penurunan sebesar 8,56% dibandingkan Desember 2024 yang sebesar USD 23,46 miliar. Peningkatan ekspor tahunan ini terutama ditopang oleh ekspor nonmigas yang mencatatkan kenaikan sebesar 6,81% (yoy). Komoditas utama ekspor nonmigas mencakup bahan bakar mineral sebesar USD 2,78 miliar, lemak dan minyak nabati sebesar USD 2,14 miliar, serta besi dan baja sebesar USD 2,12 miliar.

Negara tujuan utama ekspor nonmigas Indonesia adalah Tiongkok (USD 4,57 miliar), Amerika Serikat (USD 2,34 miliar), dan India (USD 1,23 miliar). Meskipun demikian, ekspor Indonesia pada Januari 2025 mengalami penurunan dibandingkan Desember 2024 yang dipengaruhi oleh penurunan impor nonmigas dari beberapa negara mitra utama seperti India turun 13,37% (mtm), Jepang 18,25% (mtm), Australia turun 26,95% (mtm). Penurunan ini menunjukkan adanya penurunan permintaan dari negara-negara tersebut yang dapat disebabkan oleh kondisi ekonomi global yang melemah atau faktor musiman.

Nilai impor Indonesia pada Januari 2025 mencapai USD 18,00 miliar, turun 15,18% dibandingkan Desember 2024 yang senilai USD 21,22 miliar, tetapi naik tipis 2,67% dibandingkan Januari 2024 yang senilai USD 18,49 miliar. Penurunan impor migas terutama disebabkan oleh penurunan nilai impor minyak mentah -24,47% (mtm) dan -38,84%(yoy). Di sisi lain, penurunan impor nonmigas disebabkan oleh penurunan impor mesin/perlengkapan mekanis dan bagiannya sebesar -15,04% (mtm) dan besi dan baja -23,39%(mtm). Penurunan impor ini mencerminkan potensi penurunan aktivitas industri manufaktur dalam negeri. Kondisi ini juga didukung oleh data impor berdasarkan golongan kegunaan dimana terjadi penurunan pada golongan bahan baku sebesar -13,11%(mtm).Hal ini dapat mengonfirmasi adanya perlambatan pada sektor produksi, terutama di sektor-sektor yang bergantung pada impor bahan baku.

Fenomena kenaikan neraca perdagangan yang tidak dibarengi dengan apresiasi nilai tukar Rupiah kembali terkonfirmasi pada Januari 2025. Surplus neraca perdagangan Januari 2025 sebesar USD 3,45 miliar justru diikuti dengan nilai tukar rupiah yang terdepresiasi terhadap USD menjadi Rp16.259. Kondisi ini yang kemudian melandasi pemerintah dalam merevisi kebijakan yang berkaitan dengan Dana Hasil Ekspor Sumber Daya Alam (DHE SDA). Tujuan revisi kebijakan ini untuk menciptakan keselarasan performa yang baik pada neraca perdagangan dengan stabilitas nilai tukar Rupiah. 

Neraca Perdagangan Indonesia Januari 2025

Sumber: BPS & CEIC (Februari 2025)